namaku Tika . . . .
aku adalah titik airmata
dan hidupku bernaung di bawah, di dasar, di sudut, di balik sebuah kantung kelopak
milik seorang gadis manis yang bertubuh tipis.
namaku tika.
tapi aku tak mengenal namanya.
yang aku tau dia hanya meringis saat kepalanya dipenuhi badai
dan aku bertahan hingga sesaat bening membatu seperti swarovski
lalu kemudian kembali lagi tanpa daya apapun. aku memang tidak berguna.
namaku tika.
dan aku tak mengerti mengapa gadis itu tak bergeming dari tumpukan duka.
pada perak-perak kaca dia dibenamkan, bergaris nyata disamping dinding
menunggu disapa.
namaku tika!!
sekali lagi aku berteriak. aku ingin menolongmu setengah mati!
bobot tubuhnya saja barangkali tak sepadat masa otaknya.
aku tau ada sistem yang korslet di balik diamnya, tapi tak ada yang dia lakukan selain membuatku terombang-ambing.
aku tak pernah turun. dia hanya melamun.
lalu tersenyum lagi.
aku semakin tidak berfungsi di dunianya.
namaku tika, bisikku.
di raut wajahnya tercetak ribuan tanda tanya.
baginya tiada gentar jadi rengkah terinjak.
kenapa tak juga merasa retak padahal bumi nyaris habis lengkungnya?
mungkin baginya yang unggul akan sulit binasa.
tapi aku ingin berbaik saja tak diperbolehkan olehnya.
luapkan saja tak apa, asalkan menepis dari rekayasa, resonansi akan jernih di telinga.
selang sedetik saja aku berkata, peluhnya berpencar, badannya gemetar.
seluruh putih mata jadi bergaris merah, aku terguncang-guncang sengsara.
ah mungkin ini saatnya.
namaku tika.
aku adalah titik airmata.
akhirnya aku jatuh juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar