Bicara tentang impian, pasti kita mempunyai hal tersebut bukan, mau itu impian yang kecil ataupun besar, mau itu impian hanya sekedar pergi ke jogja atau pergi ke america, yaa itu juga namanya impian bukan. hehe
impian saya, impian yang bejibun, entah impian yang mana dulu yang bakalan terwujud, ( amin )
Impian saya yang pertama adalah membahagiakan orang tua serta adek perempuan saya satu" nya, saya hanya dua bersaudara. selanjutnya saya ingin cita cita saya menjadi seorang perawat menjadi kenyataan, ini buka hanya impian saya, tetapi impian ibu saya juga ( amin ) kemudian saya ingin punya motor dan rumah sendiri, ibu saya sering bilang kalau mau sesuatu itu harus bekerja sendiri, jangan hanya mengharapkan orang tua, karena mendapatkan sesuatu dengan hasil jerih payah sendiri itu rasanya beda, kita akan menjaga baik baik barang tsb. hehehe
Kemudian apa lagi ya, hmm saya ingin menaikan kedua orang tua saya pergi ke tanah suci mekkah, boleh itu umroh atau naik hajji. hehe
blognya tika
Sabtu, 12 Maret 2011
My Profile
Kartika Angga di dunia musik, dikenal sebagai Tika. (lahir di Sleman, 25 Mei 1996; umur 15 tahun), ia adalah seorang penyanyi independen dengan grup musik Tika and The Dissidents. Di luar musik, Tika juga seorang penulis, pemeran, dan wiraswastawati.
Karier musik
Tika dikenal sebagai penyanyi dan penulis lagu dengan karakter vokal yang unik dan kuat. Gaya penulisan lagunya pun tak kalah unik. Banyak yang mempertanyakan pilihannya di jalur independen yang dinilai kurang komersil. Namun Tika tetap konsisten di jalur indie karena di sinilah ia bisa bebas berkarya dengan jujur.
Sekembalinya ke tanah air dari studinya di the Art Institute of Seattle’ di mana ia sempat bergabung dengan band Yoko Phono dan Rhea Sisters Project, hal pertama yang dilakukan Tika adalah menggarap album solonya. Dengan bantuan beberapa kawannya, antara lain Iman Fattah, Aghi Narottama, Bemby Gusti dan Age Airlangga. Ia melepas album solo perdananya di tahun 2005. Album bertajuk Frozen Love Songs ini cukup mengejutkan dunia musik Indonesia yang belum terbiasa dengan hadirnya penyanyi solo perempuan yang keluar dari jalur pop. Di tahun 2006 Aksara Records kemudian mengemas ulang album ini dan merilisnya dengan judul Defrosted Love Songs.
Sekembalinya ke tanah air dari studinya di the Art Institute of Seattle’ di mana ia sempat bergabung dengan band Yoko Phono dan Rhea Sisters Project, hal pertama yang dilakukan Tika adalah menggarap album solonya. Dengan bantuan beberapa kawannya, antara lain Iman Fattah, Aghi Narottama, Bemby Gusti dan Age Airlangga. Ia melepas album solo perdananya di tahun 2005. Album bertajuk Frozen Love Songs ini cukup mengejutkan dunia musik Indonesia yang belum terbiasa dengan hadirnya penyanyi solo perempuan yang keluar dari jalur pop. Di tahun 2006 Aksara Records kemudian mengemas ulang album ini dan merilisnya dengan judul Defrosted Love Songs.
Namaku TIka
namaku Tika . . . .
aku adalah titik airmata
dan hidupku bernaung di bawah, di dasar, di sudut, di balik sebuah kantung kelopak
milik seorang gadis manis yang bertubuh tipis.
namaku tika.
tapi aku tak mengenal namanya.
yang aku tau dia hanya meringis saat kepalanya dipenuhi badai
dan aku bertahan hingga sesaat bening membatu seperti swarovski
lalu kemudian kembali lagi tanpa daya apapun. aku memang tidak berguna.
namaku tika.
dan aku tak mengerti mengapa gadis itu tak bergeming dari tumpukan duka.
pada perak-perak kaca dia dibenamkan, bergaris nyata disamping dinding
menunggu disapa.
namaku tika!!
sekali lagi aku berteriak. aku ingin menolongmu setengah mati!
bobot tubuhnya saja barangkali tak sepadat masa otaknya.
aku tau ada sistem yang korslet di balik diamnya, tapi tak ada yang dia lakukan selain membuatku terombang-ambing.
aku tak pernah turun. dia hanya melamun.
lalu tersenyum lagi.
aku semakin tidak berfungsi di dunianya.
namaku tika, bisikku.
di raut wajahnya tercetak ribuan tanda tanya.
baginya tiada gentar jadi rengkah terinjak.
kenapa tak juga merasa retak padahal bumi nyaris habis lengkungnya?
mungkin baginya yang unggul akan sulit binasa.
tapi aku ingin berbaik saja tak diperbolehkan olehnya.
luapkan saja tak apa, asalkan menepis dari rekayasa, resonansi akan jernih di telinga.
selang sedetik saja aku berkata, peluhnya berpencar, badannya gemetar.
seluruh putih mata jadi bergaris merah, aku terguncang-guncang sengsara.
ah mungkin ini saatnya.
namaku tika.
aku adalah titik airmata.
akhirnya aku jatuh juga.
Langganan:
Postingan (Atom)